Nun di pegunungan, ternyata ada ragam pilihan berbisnis yang pantas dijajaki. Di antaranya yang sedang marak belakangan ini adalah berkebun strawberry (fraga vesca).
Coba saja lihat, di Lembang dan Ciwidey, Bandung (Jawa Barat), atau Batu di Malang (Jawa Timur), boleh dibilang jenis buah-buahan ini mulai digemari para petani di sana.
Maraknya perkebunan strawberry bukan semata karena hobi.
Tapi, layaknya hukum pasar, hal itu juga dipicu oleh permintaan yang tinggi. Sayang, produksinya masih relatif kecil.
Bakat komersial strawberry sudah tampak dari penampilannya. Dengan warna merah segar berbentuk bak jantung hati, serta rasa yang asam-asam manis, boleh dibilang buah ini begitu �merangsang,� terutama di kalangan anak-anak dan remaja—boleh jadi ini juga memicu produksi sinetron Strawberry yang dibintangi oleh Rachel Maryam. Nyatanya, konsumen belia ini bisa membeli buah strawberry segar nyaris di setiap supermarket.
Tapi, konsumen yang rakus melahap strawberry adalah mereka yang berasal dari industri farmasi dan minuman. Selain menjadi bahan baku vitamin C, sari buah ini juga bisa diperas untuk dijadikan sirop. Hal tersebut sudah dilakukan—misalnya—oleh PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Agrowisata di Batu, Malang. Perusahaan ini—yang kondang dengan bisnis hotelnya di lereng Gunung Panderman serta kebun apel, sayuran, dan strawberry—juga dikenal berhasil mengembangkan wisata agro.
Sejak memulai usahanya pada tahun 1996, perusahaan itu sempat dibuat pusing. Sebab, produksi kebun strawberry-nya tak pernah maksimal. Setelah diselidiki, rupanya jenis tanaman ini sulit dikembangkan pada iklim yang terlalu basah. Jika dipaksakan, produk ini jadi rentan terhadap hama, jamur, bakteri, ulat tanah, dan rayap. Begitu juga jika berkebun di lahan terbuka, menurut Teguh Suprijanto (Manajer Operasional PT Kusuma), buahnya akan cepat busuk, apalagi ketika musim hujan.
Setelah melalui serangkaian riset, metode berkebun strawberry yang lebih cocok pun didapat. Di antaranya, pola tanam secara hidroponik dengan menggunakan polybag (semacam pot plastik). Selain itu, agar tanaman terlindung dari cuaca, perlu juga dipasang cungkup plastik sebagai atap. Lalu, setiap polybag diisi arang sekam, pupuk kandang, dan humus. Dengan cara ini, serangan hama bisa diminimalisasi. Penggunaan arang sekam ini, selain harganya murah dan mudah didapat, juga karena kandungan kaliumnya tinggi sehingga cocok untuk tanaman buah.
Tanaman strawberry juga harus memperoleh pasokan nutrisi yang cukup. Pemberian nutrisi itu dilakukan dua kali setiap hari. Yang juga penting, tanaman ini harus mendapatkan cahaya matahari minimum enam jam sehari.
Lazimnya, pada usia tanam dua bulan, pohon strawberry sudah berbuah. Siklus produksinya, setiap pohon bisa dipanen dua hari sekali. Dari sekali petik, setiap pohon menghasilkan buah 0,3 kg. Dan masa produktifnya bisa mencapai dua tahun.
Kendala lainnya, kebun di lahan terbuka akan terganggu oleh gulma yang tumbuh lebih subur. Ada sih tempat berkebun yang paling aman, tapi biayanya lebih mahal, yakni di dalam green house. Sebagai contoh, untuk green house seluas 300 meter persegi berkapasitas 2.600 batang, total biaya yang diperlukan Rp 45 juta. Menurut hitung-hitungannya, jika setiap panen menghasilkan 10 kilogram, maka pada bulan kedelapan, modal itu akan kembali.
Ada tiga varietas strawberry yang ditanam PT Kusuma, yaitu selva, sweet charlie, dan tri star, yang sebenarnya berasal dari Amerika Serikat. Tapi, selama ini, PT Kusuma mendatangkan bibit dari Bedugul (Bali) karena harganya murah, Rp 2.500 per bibit.
Menurut Teguh, selva memiliki buah yang agak gemuk dan bisa tahan lama. Bentuk daunnya rata. Tiap tangkai bunga hanya menghasilkan satu buah. Sementara sweet charlie dan tri star memiliki rupa agak mirip: buahnya agak kontet dan berdaun cekung. Karena bercabang-cabang, dua varietas ini boleh dibilang lebih produktif, dari tiap pohon bisa menghasilkan tiga buah. Tapi, bila proses pengemasannya buruk, buah strawberry dari varietas ini tak bakal bertahan lama.
Dari ukurannya, buah strawberry bisa diklasifikasikan dalam beberapa tipe, mulai dari yang besar dan warnanya merah penuh, hingga ke ukuran kecil berwarna merah kusam. Yang besar, biasanya dalam tiap kg berisi 70 buah, sedangkan yang kecil berisi 80 buah. Di luar itu, masih ada lagi buah yang berbentuk jelek yang biasa disebut monkey face.
Sebagian produksi strawberry PT Kusuma didistribusikan kepada sejumlah swalayan di Surabaya, yang setiap kilogramnya dijual Rp 40 ribu-Rp 50 ribu. Buah yang bermutu jelek layaknya monkey face tak dibuang percuma, melainkan diolah menjadi selai dan sirop. Selai seberat 220 gram dijual dengan harga Rp 8.000, dan Rp 13 ribu untuk setiap botol sirop.
Lahan kebun strawberry milik PT Kusuma berada di dua lokasi: dekat Hotel Kusuma Agrowisata seluas dua hektare, dan di daerah Junggo seluas 6,7 hektare. Yang penting, agar strawberry tumbuh subur dan produktif, lahan ini berketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.
Kini, sedikitnya ada 17.600 pohon strawberry yang tumbuh subur di sana. Sekitar 10 ribu pohon ditanam di atas polybag pada lahan terbuka. Sementara yang 7.600 batang lainnya ditanam di 2 green house yang ada. Dari lahan seluas itu, setiap tahunnya bisa dipetik sekitar 4,5 ton buah segar. Lumayan, kan?
sumber : Majalah Trust